Dalam legenda tentang asal – usul Nama Pekalongan yang sampai kini meluas dan masih hidup di kalangan masyarakat, keseluruhannya saling berbeda dan tanpa sadar kejelasan berdasarkan fakta. Kesemuanya serba di buat – buat menurut versi penceritaannya dimana asalnya dari leluhurnya (turun tenurun). Sedang versinya pun satu sama lainnya serba dibumbuhi seakan – akan ada kejadian yang sesungguhnya dalam kisah itu. makanya perlu kita pelajari secara teliti, lakon legenda itu adalah berisikan suatu sandi ataupun lainnya, dimana kemungkinan didalamnya terkandung mutiara – mutiara yang kita cari, ataupun bisa digunakan bahan pembanding didalam penelusuran lebih mendalam.•
- TOPO NGALONG
Legenda menerangkan bahwa Pekalongan adalah dari TOPO NGALONG–nya Joko Bahu (Bahu Rekso) yang dianggapnya pahlawan Pekalongan yang kemudian menjadi Pahlawan Mataram yang berasal dari Kesesi Kabupaten Pekalongan Putra Kyai Cempaluk.
Dikisahlkan tatkala Joko Bahu bertapa di Hutan Gambiran (dikenal pula dengan nama Gambaran/ Muara Gambaran), tak ada satupun yang bisa dapat membangunkannya dari bertapa ngalongnya, termasuk Raden Ngaten Dewi Lanjar ( ratu segoro Lor ) .
Godaan – godaan dari prajurit silumannya dewi lanjar Bisa dikalahkan dengan kekuatan gaibnya Joko Bahu, yang dalam kisah selanjutnya Dewi Lanjar kemudian bertekuk lutut dan dipersuntingnya.
Satu –satunya yang bisa membangunkan Bertapa Ngalongnya Joko Bahu adalah TAN KWIE DJAN yang mendapat tugas dari Kerajaan Mataram. Setelah berhasil membangunkan Tan Kwie Djan mengajak Joko Bahu menuju kerajaan Mataram untuk menerima tugas dari kerajaan.
Dari Topo Ngalong inilah kemudian timbul Nama Pekalongan, dan pada masa Sultan Agung dikenal dengan sebutan ”PEKALONGAN” menurut versi ini seputar abad 17.
Dalam sejarah Joko Bahu atau Bahu Rekso gugur 21 september 1628 di batavia dalam peperangan melawan VOC.
Versi Topo Ngalongnya Joko Bau ini berbeda tempat, ada yang menerangkan di Kesesi , Wiradesa dan ada yang terangkan di antara Ulujami – Comal – Kesesi, di alun – alun Pekalongan , Slamaran.
- KALINGGA
Sementara masyarakat Pekalongan beranggapan bahwa letak kerajaan Kalingga konon adalah di desa Linggoasri kecamatan Kajen Kabupaten pekalongan yang sekarang, dari Kalingga inillah kemudian dihubungkan dengan kata kaling, keling, kalang, dan akhirnya menjadi kalong. Dan dari kata kalong kemudian timbullah nama Pekalongan.
Kerajaan Kalingga sekitar abad 6 – 7, maka keberadaan nama Pekalongan menurut versi ini seputar abad 6 s/d 7.
- KALONG (KELELAWAR)
Dari asal kata kalong (kelelawar), karena di Pekalongan dulunya banyak kelelawar / kalong, terutama di daerah kesesi dimana asal mula Bahu Rekso dilahirkan dari keluarga Kyai Cempaluk.
Dalam versi yang sama, dikisahkan juga di sepanjang kali Pekalongan (kergon), dimana disini dulunya dulunya diatas pohon Slumpring banyak binatang kelelawarnya dan juga diatas Randu Gembyang (kandang panjang Kota Pekalongan) yang banyak kelelawarnya dan merupakan tanda bagi kaum nelayan yang biasa dijadikan pedoman bahwa disitu adalah pantai, yang kemudian dinamakan Pekalongan.
Inipun terjadi seputar abad ke 17 ( jamannya Bau Rekso)
- KALANG
Pekalongan, ada yang menerangkan dari kata kalang. Kalang disini sebenarnya ada beberapa pengertian Yakni :
1. Asal kata dari Kalingga – keling dan kemudian kalang .
2. Kalang yang berarti hilir mudik .
3. Kalang berarti sama sejenis ikan laut (cakalang).
4. Kalang yang berarti diasingkan ke....(di selong).
Di dalam satu cerita rakyat daerah Pekalongan ini bermula berupa Hutan semak – semak yang banyak demit, siluman dan tempat tersebut merupakan suatu tempat yang ditakuti oleh siapapun. Oleh Mataram kemudian tempat semacam ini dipergunakan untuk pembuangan sebagai hukuman bagi orang – orang yang membangkang pada Mataram ataupun yang di anggapnya membahayakan bagi mataram sendiri. Diantaranya yang dikalang disini menurut cerita adalah Bahu Rekso yang tadinnya putra Mataram. Dari kata ini pada masa selanjutnya kalang berkembang menjadi kalong dan kemudian Pekalongan . juga sebelumnya ada yang menyebutnya Pekalangan. Disamping itu kalang ada yang mengartikan gelanggang, sekelompok dsb .
- ASAL DAERAH SEMULA
Nama Pekalongan yang di daerah Pekalongan yang sekarang ini berasal dari pindahan dari daerah Pekalongan yang terletak di Surabaya Jawa Timur, sebagai transmigran istilah sekarang .
Kapan mulai pindah kepesisir utara yang kemudian di namakan Pekalongan seperti daerah asalnya belumlah jelas ( keterangan : Peta Surabaya Tahun 1866, di daerah ini tercantum Nama Pekalongan sebagai Wilayah dan sungai ) .
- PEK ALONG
Diteliti asal katanya Pek dan Along ini bermacam pula artinya , diantaranya adalah berarti :
Pek = seratus/ pak de (si wo)/ luru (mencari, apek), sedang Along yang tadinya halong, adalah bahasa sehari – hari nelayan yang berarti mendapat banyak .
Pek Along kemudian berarti , mencari ikan di laut mendapat (hasil). Dari Pek Along, kemudian menjadi A – Pek – H – Long – An = Pekalongan, dan bagi masyarakat sendiri dikromokan menjadi PENGANGSALAN, (angsal = dapat). jadi agaknya mendekati kebenaran.
Rupa – rupanya dari itulah kemudian keluarlah keterangan masalah Lambang yang di pakai Kota Pekalongan sampai sekarang ini, dimana awalnya dari produk dewan perwakilan rakyat Daerah Kota Besar Pekalongan tertanggal 29 januari 1957 dan di perkuat lagi dengan dicantumkannya tambahan Lembaran Daerah Swatantra tingkat 1 Jawa tengah tanggal 15 Desember 1958 , seri B Nomor 11 . dan juga dikisahkan oleh menteri dalam Negeri dengan keputusannya tanggal 4 Desember 1958 , N0omor ; KPTS – PPD / 00351 / 11 / 1958 .
Dikutip dari buku RASA SWARGA GAPURANING BUMI
- HARI JADI KABUPATEN PEKALONGAN
Sedang hari jadi kabupaten Pekalongan di tetapkan pada : Hari Kamis Legi Tanggal 25 Agustus 1622 atau pada 12 Robiu’l Awal 1042 H pada masa pemerintahan Kyai Mandoeraredja, beliau merupakan Bupati/Adipati yang ditunjuk dan diangkat oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo / Raja Mataram Islam dan sekaligus sebagai Bupati Pekalongan I, sedangkan penentuan hari dan tanggalnya diambil dari sebagaimana tradisi pengangkatan Bupati dan para pejabat baru dilingkungan Kerajaan Mataram.
Pembangunan Kabupaten Pekalongan sudah dilakukan sejak zaman Pemerintahan Adipati Notodirdjo (1879 -1920 M) di komplek Alun-alun utara no 1 Kota Pekalongan, bangunan tersebut merupakan rumah bagi para Bupati Pekalongan sekaligus sebagai tempat aktivitas perangkat pemerintahan dengan berbagai elemen masyarakat untuk bersilaturahmi, bermusyawarah dan mencurahkan pemikiran atau unek-unek berbagai kehendak dihadapan bupati.
Beberapa peninggalan bersejarah di Kabupaten Pekalongan antara lain:
- Lingga/ Yoni di Desa Telaga Pakis Kecamatan Petungkriyono.
- Yoni di Dukuh Gondang Desa Telogoindro Kec. Petungkriyono.
- Lingga di Dukuh Mudal di Desa Yosorejo Kec. Petungkriyono.
- Lingga Yoni di Dukuh Parakandawa, Desa Sidomulyo Kec. Lebakbarang.
- Yoni di Dukuh Pajomblangan Kecamatan Kedungwuni.
- Yoni di Dukuh Kaum Desa Rogoselo Kecamatan Doro.
- Yoni di Desa Batusari Kecamatan Talun.
- Archa Ghanesha di Desa Kepatihan Kecamatan Wiradesa.
- Archa Ganesha di Desa Telogopakis Kecamatan Petungkriyono.
- Batu lumpang di Desa Depok Kecamatan Lebakbarang.
- Batu Lumpang di Dukuh Kambangan di Desa Telogopakis Kecamatan Petungkriyono dan sebagainya.