MEMPERLUAS SUDUT PANDANG



“Kadal Faqru An Yakuna Kufron”  kalimat tersebut merupakan hadis Nabi yang artinya kurang lebih “Kefakiran itu dekat-dekat dengan kekufuran”.
Namun ada yang berpendapat bahwa hadis tersebut merupakan hadis palsu karena redaksi (matan hadis) tidak relevan dengan kenyataan yang ada.

Hujjah mereka yang  menganggap hadis ini palsu adalah dengan menengok sejarah kehidupan para sahabat Nabi. Mereka para  shabat Nabi adalah orang-orang yang tidak punya harta benda, bahkan jubah atau pakaiannya  mereka tambal-tambalan, toh Iman mereka kuat.


Sebenarnya cara pandang kita tidak seharusnya begitu, para sahabat Nabi adalah seorang yang wira’i, mereka adalah orang-orang tersempurna dalam ittiba’ kepada Nabi Muhammmad SAW. Mereka adalah orang-orang yang kaya. Iman para sahabat Nabi iman yang kuat karena mereka bukan orang yang fakir.  


Definisi fakir  ialah orang yang masih membutuhkan. Orang yang memiliki harta banyak belum tentu hatinya kaya,  jika masih merasa membutuhkan lebih banyak lagi harta benda, maka dialah orang yang fakir. Sedangakan para sahabat Nabi, mereka sengaja menghabiskan harta bendanya untuk dipakai dijalan Allah, mereka tidak membutuhkan itu.

Para shabat Nabi bukan seorang yang fakir meskipun tidak mempunyai harta duniawi. Biarpun pakaian mereka tambalan tapi hati mereka tidak membutuhkan pakaian penilaian duniawi.
Lebih tepat jika memahami hadis dengan hadis Nabi yang lainnya, Nabi Bersabda : Kekayaan yg hakiki bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan yang hakiki adalah hati yg selalu merasa syukur. (HR. Bukhari).

Dengan memadukan kedua hadis tersebut maka kita dapat memahami bahwa Nabi mengarahkan agar kita memiliki iman yang kuat dengan selalu bersyukur dan merasa cukup atas apa yangmenjadi rezeki kita.

Marilah sahabat, kita memosisikan akal kita dengan proporsional, jangan sampai logika kita mengoreksi dalil naqli baik Al-Qur’an maupun Al-Hadis. Tapi sebaliknya akal dan logika kita sebaiknya kita pergunakan untuk memahami dan mengetahui hakiki nash tersebut. Oleh karena itu kita perlu memperluas sudut pandang dan wawasan serta kapasitas kelimuan kita.
 
Satu permasalahan lagi misalnya, “Innas-Sholata tanha ‘anil  fakhsya’i wal munkar”  [QS. Al ‘Ankabut: 45] (Sesungguhnya Sholat itu mencegah perbuatan buruk dan munkar). Pada kenyataannya, banyak yang rutin 5 waktu melaksanakan sholat akan tetapi maksiatnya jalan terus.

Apakah jika kenyataan paradoks dengan dalil naqli, kemudian harus kita sebut hadis palsu atau ayat palsu ? Tentu saja tidak demikian. Justru kita harus mendahulukan dalil naqli kemudian akal kita yang menyesuaikannya. Bukan sebaliknya.

Tekait hal itu Imam Ghozali mengatakan jika seseorang mengerjakan sholat disisi lain ia masih mau mengerjakan maksiat maka sebenarnya ia belum sholat. 

Ki Enthus Dalang Edan menganalogikan sholat dan amal baik itu bagaikan meja dan kolongnya. Ada meja  pasti ada kolongnya.

Kalau ada meja tapi tidak ada kolongnya maka dapat dipastikan bahwa meja tersebut merupakan meja yang rusak.

Begitu pula jika seseorang sudah melaksanakan sholat tetapi tidak beramal baik maka pastilah sholatnya rusak.

KENAIKAN HARGA BBM DAN RESPON KITA



KENAIKAN HARGA BBM DAN RESPON KITA

Pemerintah akhirnya mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Senin malam, 17 Nopember 2014. Presiden Joko Widodo secara langsung mengumumkan kenaikan tersebut di Istana Negara dan berlaku secara efektif mulai hari Selasa tanggal 18 Nopember 2014 pukul 00.00 wib.
Respon terhadap kenaikan harga BBM tersebut segera bermunculan, bahkan sebelum pengumuman itu dilakukan oleh Presiden. Dalam beberapa hari terakhir telah muncul gelombang demonstrasi dari beberapa elemen mahasiswa dan masyarakat. Umumnya berupa penolakan dan keberatan terhadap kebijakan yang ditempuh presiden Jokowi tersebut. Tak jarang muncul reaksi keras dalam aksi demo dengan mengusung slogan Jokowi sebagai Pembohong, Pengkhianat dan Pemimpin yang dzalim. Menurut mereka, menaikkan harga BBM Bersubsidi saat ini dirasa tidak tepat mengingat harga minyak dunia saat ini di bawah US $ 80 perbarel dan bahkan kecenderungan atau trennya menurun, sementara asumsi harga minyak dunia pada APBN-P kita harga minyak dunia dipatok di atas US $ 100 per barel.
Pemerintah sendiri, dalam sesi konfrensi pers menyatakan bahwa pilihan menaikkan harga BBM bersubsidi adalah pilihan yang sulit.  Namun kebijakan ini terpaksa ditempuh untuk membuat postur APBN kita tidak lagi tersandera dalam ruang fiskal yang sempit karena besarnya subsidi BBM yang menggerus anggaran dan hanya dibakar untuk keperluan konsumtif. Menurut Menko Ekonomi, Sofyan Jalil, dari kenaikan BBM ini Pemerintah akan dapat menghemat anggaran subsidi BBM sebesar Rp. 120 Triliun yang dapat dialihkan untuk membiayai program di sektor produktif seperti infrastruktur, pertanian, perikanan, pendidikan dan kesehatan.
Alasan pemerintah tersebut tidak otomatis bisa diterima masyakat luas. Bagi mereka, kenaikan harga BBM sudah pasti diikuti oleh kenaikan semua variabel pengeluaran, seperti transportasi, kebutuhan pokok dll yang bahkan sudah merangkak naik menjelang pengumuman kenaikan BBM. Dari beberapa obrolan orang-orang kecil di warung, muncul kekecewaan yang mendalam atas kebijakan Presiden Jokowi ini. Mereka sebelumnya memimpikan dan menaruh harapan besar terhadap Presiden Jokowi yang mampu menjadikan Negara makmur dan semua serba murah. Tapi apa nyatanya? Baru sebentar menjabat langsung menjerat. Mencekik leher rakyat. Yang hidupnya makin susah dan sekarat.
Menanggapi respon ini, wakil presiden Jusuf Kalla menyatakan bahwa sentimen dan efek negatif kenaikan harga-harga ini hanya akan berlangsung sementara dan diperkirakan maksimal 3 bulan saja. Setelah itu akan terjadi keseimbangan dan stabilitas ekonomi kembali. Pemerintah juga telah menyiapkan program-program sebagai “bantalan sosial” bagi mereka terutama rakyat kecil yang terkena dampak langsung kenaikan BBM ini. Untuk mereka, pemerintah telah mencanangkan Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Keluarga Sejahtera. Namun terhadap program-program tersebut masih muncul pesimisme terkait dengan penganggarannya yang dipermasalahkan, tumpang tindihnya dengan program sejenis yang telah berjalan serta yang paling penting persoalan pendataan/rekrutmen calon penerima program yang tidak jelas dan transparan yang berpotensi ketidakpuasan bahkan keributan sebagaimana pengalaman pembagian BLSM pada era presiden SBY. 

Bagaimana Respon kita?
Menyikapi kenaikan harga BBM bersubsidi ini, yang pertama kita seharusnya tidak over reaktif. Dengan menumpahkan kekecewaan melalui sumpah serapah dan mencaci-maki pemimpin kita sendiri. Toh kebijakan sudah diambil. Banyak ahli dan pakar sepakat bahwa subsidi BBM yang terlalu besar harus secara bertahap dikurangi kalau kita menginginkan APBN yang sehat. Hanya persoalan waktu dan besarannya saja yang dipersoalkan banyak kalangan.
Kedua, kita harus berani melakukan tranformasi pola hidup untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap BBM. Selama ini kita cenderung “dimanjakan” dengan harga BBM yang relatif murah dibandingkan dengan harga BBM di Negara lain. Tranformasi bisa diawali dari hal yang sepele dan sederhana, missal untuk menempuh jarak beberapa ratus meter saja kenapa kita harus naik motor, kenapa tidak berjalan kaki atau naik sepeda saja, hitung-hitung olah raga dan melakukan penghematan. 
Ketiga, biasakan berfikir positif menghadapi segala keadaan. Kenaikan harga BBM bersubsidi yang berimbas kepada kesulitan kehidupan mendorong kita untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan terkadang justru mampu menelorkan gagasan brilian menghadapi beragam persoalan hidup.   
Keempat, berikan kritik yang konstruktif solutif. Maksudnya ketika kita mengkritisi kebijakan pemerintah hendaknya disertai dengan memberikan masukan dan saran seperti bagaimana membereskan terlebih dahulu masalah-masalah yang berkait dan berkelindan dengan BBM seperti masalah mafia migas, transportasi publik yang kondisinya belum beranjak dari kesemrawutan serta bagaimana menggarap secara serius konversi BBM ke gas yang persediaannya melimpah.
Kelima, lakukan peran aktif untuk memberikan advokasi bagi masyarakat terdampak dari kenaikan BBM ini tetapi tidak tercover program “bantalan sosial” sehingga mereka mendapatkan haknya. 
 




PEMIKIRAN SESAAT DAN PERCAYA :

Kisah Nyata

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri paman Sam kembali ke tanah air. Sesampainya dirumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang guru agama, kyai atau siapapun yang bisa menjawab tiga pertanyaannya.

Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatan orang tersebut.
Pemuda : Anda siapa ? dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya ?
Kyai       : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab petanyaan anda.
Pemuda : Anda yakin ? sedang professor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
Kyai       : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
Pemuda : Saya punya tiga buah pertanyaan.
1. Kalau memang Tuhan itu ada tunjukkan wujud Tuhan kepada saya.
2. Apakah yang dinamakan takdir.
3. Kalau syetan diciptakan dari api kenapa dimasukkan kedalam neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat syetan. Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah.Tuhan tak pernah berfikir sejauh itu ?

Tiba-tiba Kyai tersebut menampar pipi si pemuda dengan keras.

Pemuda : (sambil menahan sakit) : Kenapa anda marah kepada saya ?
Kyai       : Saya tidak marah. Tamparan itu adalah jawaban atas tiga buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.
Pemuda : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
Kyai       : Bagaimana rasa tamparan saya ?.
Pemuda : Tentu saja saya merasa sakit.
Kyai       : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada ?.
Pemuda : Ya.
Kyai       : Tunjukkan pada saya wujud sakit itu !.
Pemuda : Saya tidak bisa.
Kyai       : Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujud-Nya. Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar saya ?
Pemuda : Tidak.
Kyai       : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya ?.
Pemuda : Tidak.
Kyai       : Itulah yang dinamakan takdir. Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk  menampar anda ?.
Pemuda : Kulit.
Kyai       : Terbuat dari apa pipi anda ?.
Pemuda : Kulit.
Kyai       : Bagaimana rasanya tamparan saya ?.
Pemuda : Sakit.
Kyai      : Walaupun syetan terbuat dari api dan neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka neraka akan menjadi tempat menyaitkan untuk syetan.

(dinukil dari Majalah Shoutus Santri April 2001)


Batu Keramat Dukuh Krancah di Kecamatan Doro



               Suatu saat jika sahabat berada di kecamatan Doro apa yang sahabat pikirkan dan apa yang sahabat harapkan ? mungkin jawabannya adalah makan buah durian. Sebenarnya bukan hanya kuliner semata yang menarik dan bisa didapatkan dikawasan Doro. Ada potensi alam yang sangat permai, alam pegunungan dengan udara yang bersih, sungai yang mengalir dengan bening, situs-situs peninggalan sejarah Pekalongan dan masih banyak lagi potensi yang apabila dikelola dengan baik niscaya akan menjadi perhatian orang-orang untuk berkunjung ke Doro.


              Asal usul nama Doro adalah dari bahasa kawi yang artinya pelabuhan atau tempat kembali dari perantauan. Konon katanya dahulu kala kawasan Doro merupakan pelabuhan yang berada di Pekalongan sedangkan pusat pemerintahan Pekalongan adalah di Petungkriyono, memang kalau kita perhatikan dengan seksama banyak bukti-bukti yang mengarah kepada kesahihan  sejarah tersebut. Namun dalam postingan kali ini penulis bukan ingin membahas sejarah Pekalongan (mudah-mudahan ada yang membahas tema sejarah Pekalongan dengan lebih detil). 


              Yang menjadi fokus dalam postingan kali ini penulis ingin mengenalkan satu dukuh namanya Dukuh Krancah terletak di Desa Sidoharjo Kecamatan Doro, disana ada sebuah petilasan Waliyullah yang menyebarkan Islam di Pekalongan khususnya wilayah Doro-Petungkriyono, Mbah wali yang makamnya masih terjaga dengan asri dan rapi ini biasa disebut dengan nama Mbah Wali Krancah Kencono. 

          Bukan hanya makam saja yang menarik untuk diziarahi bahkan disana ada situs berupa batu yang pemukaannya datar dan persis menghadap kearah kiblat, batu tersebut disebut-sebut warga disana merupakan tempat sholat mbah Wali Krancah Kencono. Kesimpulan tersebut memang masuk akal karena selain posisi batu yang tepat menghadap kiblat juga terdapat lekukkan bekas kening di pesujudannya. Letak batu tempat sholat ini tidak jauh disamping makam mbah wali Krancah Kencono, tepatnya disebelah selatan masjid lama. Perlu sahabat ketahui bahwa disana ada dua buah masjid.

          Masjid yang pertama merupakan masjid peninggalan nenek moyang warga dukuh Krancah, karena perkembangan penduduk yang semakin banyak akhirnya salah satu warga ada yang mewakafkan tanahnya untuk dibangun masjid yang baru. Posisi tanah masjid yang lama tidak memungkinkan dilebarkan atau dipanjangkan, karena sebelah utara masjid ada makam Mbah wali sedangkan tanah yang diwakafkan untuk Masjid baru ada di sebelah utara makam.


          Masjid yang lama dibuat seperti pendopo untuk madrasah atau ibadah lainnya seperti i’tikaf sedangkan masjid yang baru difungsikan sebagaimana layaknya masjid pada umumnya, untuk sholat berjamaah lima waktu, sholat juma’at dan lain-lain.


          Dukuh krancah merupakan salah satu pedukuhan dari beberapa pedukuhan yang berada di desa Sidoharjo, untuk menjangkaunya kita harus melewati jalan yang menuju Lemahabang, sebelum sampai desa Lemahabang ada pertigaan ambil jalur yang kekanan terus naik keatas, sahabat akan menemukan pedukuhan-pedukuhan yang elok seperti dukuh Ganjah, dukuh Kodol, dukuh Krancah dan dukuh Krokom.
           Sewaktu penulis dan seorang  sahabat singgah di Dukuh Krokom kami melihat satu koloni kera jenis wowo, (kera yang bulunya berwarna hitam), mereka mencari makan buah-buahan yang masih banyak tumbuh di lembah pedukuhan yang indah ini. Kami melihat dan mengamati koloni kera yang berjarak hanya seratusan meter dari halaman masjid tempat kami singgah, mungkin karena koloni kera tersebut melihat keberadaan kami mereka menjauh menuruni lembah sambil bergelanyutan dipucuk-pucuk pohon dengan lincahnya. 



YAA LAL WATHON

Karya KH. Wahab Chasbulloh
Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon
Hubbul Wathon minal Iman
Wala Takun minal Hirman
Inhadlu Alal Wathon
(2 X)

Indonesia Biladi
Anta ‘Unwanul Fakhoma
Kullu May Ya’tika Yauma
Thomihay Yalqo Himama

Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintaku dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku

Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintaku dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku

Indonesia Negriku
Engkau Panji Martabatku
Siapa Datang Mengancammu
Kan Binasa di bawah durimu

Tarian Rembulan


Kemanapun arahmu berjalan
kau jejakkan langkah-langkah tarian yang indah
kakimu menelusuri diantara daun-daun kering yang gugur pada musim ini
tak heran jika kau telah sampai pada sebuah mata air
dan menyalurkan airnya sepanjang jalurmu
kepada orang-orang
yang kau kenali dengan pancaran cahaya dikeningnya.

oh... penuntun 
kau jawab rindu kami
hantarkan kami kepada Sang Nabi
yang kabar gembiranya disambut dengan tarian rembulan
berputar dan indah....

Pekalongan, 3 Dzulhijjah 1435 H
 

Dari Ranting ke Ranting

Seusai menggelar Konferancab dan Raker, PAC GP Ansor Kedungwuni Kabupaten Pekalongan memulai pelaksanaan Program Kerja Masa Khidmad 2014-2017 dengan menggelar Rijalul Ansor di Ranting Perumahan Puri Kedungwuni pada Hari Jum'at malam Sabtu 7 November 2014.

Sesuai proker yang dicanangkan oleh PAC GP Ansor Kedungwuni pelaksananaa Rijalul ini sangat strategis untuk mengawal pemuda-pemuda bahkan anak-anak dari pengaruh wahabisme yang bergerak massive dan terstruktur dengan rapi.

PAC GP Ansor berkomitmen akan megawal mereka dari ranting ke ranting dengan menjaga dan meningkatkan kualitas berahlussunnah wal jamaah, seperti  majelis-majelis dzikir, Tahilan, Manaqiban, Rotiban, Barzanji dan lain sebagainya.

Selama ini Rijalul Ansor telah mendapat respon yang positif dari masyarakat, terlebih lagi antusias mereka yang semakin tinggi kepada Gerakan Pemuda Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang kiprahnya dirasakan oleh semua elemen masyarkat baik Masyarakat umum, Pemerintah Daerah maupun aparat TNI dan Kepolisian.

Mudah-mudahan kedepannya Lembaga Rijalul Ansor menjadi ajang pemersatuan umat. Amien






JANGAN IKUTI PEMIKIRAN GILA

JANGAN IKUTI PEMIKIRAN GILA

Abad ke 19 merupakan abad yang sangat dipengaruhi oleh fisafat positivisme, tokoh utamanya adalah Auguste Comte (1798-1857), Comte yang lahir di Montpellir Perancis ini sebenarnya menderita paranoid yang berat, kadang-kadang bersikap kasar terhadap kawan dan lawannya. Sampai suatu hari ia harus dirawat dirumah sakit dan hidupnya berakhir di rumah sakit jiwa.

Diantara pendapatnya, Comte mendevinisikan agama adalah suatu dasar konsesus universal dalam masyarakat, secara sederhana Comte mengemukakan gagasan untuk mengatasi masalah dengan mendirikan agama baru yakni Agama Humanitas dan mengangkat dirinya sebagai nabinya. Cita-cita ini merupakan mimpi indahnya, walaupun terjebak dalam utopia ia mampu mere-organisir masyarakat secara sempurna. Sosiologi ditempatkan sebagai ratu utamanya. Hal itu akan menstimulir sistem moral yang merangkul semua paham dan menyatukan manusia dalam penyembahan terhadap humanitas yang menjamin ketertiban dan keteraturan.

Nampaknya ide Comte itu telah berhasil menancapkan pengaruhnya para pemikir muda Islam bahkan dan dasar-dasar pemikirannya tertanam kuat dalam diskurusus pemikiran keislaman masa kini. Humanity didudukkan sebagai parameter penyeimbang maslahat meskiu dengannya sering terjadi distorsi. Bahkan salah satu ungkapan yang cukup menghentakkan dilontarkan oleh Sumanto Al-Qurtubi yang menyangsikan kesucian Al-Qur'an hanya karena ada sebagian umat yang tidak memercayai Al-Qur'an itu Kalam Suci.

Terlepas dari dilema dan segala persoalan yang dihadapi Comte, liberalisasi telah berhasil mende-sakralisir Al-Qur’an. Pada pembahasan Humanitas Al-qur’an tidak lagi diyakini sebagai mukjizat yang bilamana dibaca mendapat pahala, menurut ajaran mereka menafsir ulang Al-Qur’an lebih baik dari membaca tanpa berbuat apa-apa, sikap terlalu menyanjung Al-Qur’an hanya akan mengakibatkan ’living’ terhadap benda mati, Al-Qur’an sekedar makhluq tak bernyawa, Kitab yang kita sanjung dengan sebutan Al-Qur’anul Karim, Al-Furqon dan sebagainya tidak lagi didudukkan sebagai wahyu yang diyakini sebagai firman Allah melainkan sekedar teks yang bisa diberlakukan sama dengan teks karangan Aristoteles dan Karl Mark, bahkan Sumanto Al-Qurtubi mensejajarkan kesucian Al-Quran dengan Super Nova-nya Dewi Lestari.

Manusia berada dalam dimensi berpasangan yang sekali-kali ia tak dapat keluar darinya, seperti balon yang jika ditekan bagian kirinya maka akan menggelembung lebih besar bagian yang kanan, pada saat muslim mulai curiga jangan-jangan tuhan hanyalah halusinasi manusia saja, maka pada sisi yang lain mulai menebal keyakinan atheismenya. Pada saat Manusia menilai kesucian Al-Quran sebagai kesucian palsu maka pada saat yang sama ia sedang menyucikan kitab atau teks yang lain. Dan pada waktu muslim mencaci maki sistem agamanya sendiri sebenarnya ia sudah masuk kewilayah pemujaan terhadap sistem lain seperti Humanity yang ditelorkan Comte.

Jangan Sampai akal kita mengoreksi al-Qur'an.
Justeru  Akal kitalah yang harus menyesuaikan kehendak-Nya yang tertuang dalan Firman-FirmanNya.

Al-Fatihah... !!!!

Ampun Tuhan, ampun...

Irisan mata ini tidak dapat mengelabui hati,
bersama siapakah kita akan berdamai ?

garis tangan ini telah berjanji
dan janjinya adalah janji mentari...
mengapa hatiku tidak seperti yang aku pikirkan ?

disamping siapa jiwa ini bisa tenteram ?


diam-diam jiwaku ini adalah jiwa yang rendah
bawah sadarku tidak lagi terkontrol

ampuni hamba Tuhan....
hamba telah jumawa dan tersesat...

ampuni
ampun

Pekalongan, 16 April 2012
T U G U

T U G U

Dahulu kau suka kecupi untaian kalimatmu sebagai janji,
lalu kau titipkan pada angin yg akan mengantarkanya pada sebuah sebuah tugu pelipur waktu
dan akan kau pandangi ketika engkau rindu.
Tugu kesetiaan yang kokoh...
namun itulah kenyataan janjimu yg kau sayapi
Kadang-kala katamu menjadi buas menerkam dirimu sendiri...

Sekarang kau menjejakkan kakimu, patahkan sayap-sayap lisanmu...
saatnya kau memandang dalam-dalam kepada tugu itu...
Bukankah sudah lama kau tak memasrahkan kewibawaanmu pada yg berhak..?


Kedungwuni, 31 Maret 2012

KH. BASYUNI MASYKUR

Tahun 1989 sesaat setelah wafatnya Almarhum walmaghfurlah KH. Basyuni Masykur --ayah mantan Menteri Agama RI Syeikh Dr. Maftuch Basyuni dan mantan Dubes RI untuk Syria Muzammil Basyuni; juga ayah bu Siti Fatma, Inti Ruqayyah, dan Munfaridjah-- saya menulis kolom di majalah Amanah (Alm) dengan judul “Kiai Basyuni”. Ini:

KIAI BASYUNI
 oleh : KH.A. Musthofa Bisri


Tanyalah kepada orang Rembang dan sekitarnya secara acak --boleh kiai pesantren, ‘cina’ klontong, tukang cukur, bakul ikan, kernet colt, pegawai pemda, penggali kubur, tukang jam, penjual serabi, bupati, tukang becak, siapa sajalah-- pasti tahu siapa Kiai Basyuni atau Mbah Basyuni. Tidak itu saja. Orang yang Anda tanyai akan menunjukkan sikap semacam bangga, atau paling tidak gembira.
Kiai Basyuni memang mirip tokoh dongeng di Rembang. Dia kenal siapa saja dan dikenal siapa saja karena hobinya menyapa orang. Kehidupan sehari-harinya dimulai dengan salat subuh, lalu jalan-jalan. Disinggahinya rumah-rumah famili dan kenalannya, terutama anak-anaknya; sekedar menengok dan menanyakan keselamatan dan kesehatan. Lalu ke rumah sakit, menyusuri los-los. Ini dilakukan hampir setiap hari; sehingga hampir tak ada sanak-famili atau kenalan yang sakit yang tak diketahuinya, untuk ditengoknya dan diinformasikan kepada orang lain.
“Kau sudah menengok si Polan?” adalah pertanyaan klisenya yang dihapal hampir semua orang.
Dia membangun mushalla di samping --dan jauh lebih cantik dari-- rumahnya. Banyak tetangga, teutama para ibu, yang kemudian ‘meramaikan’ mushallanya itu. Namun sejauh itu, kendati banyak yang meminta, kiai Basyuni belum kunjung memberi pengajian agama kepada mereka. Padahal rata-rata mereka masih sangat awam di bidang agama; bahkan banyak di antara mereka yang salatnya masih rubuh-rubuh gedhang, asal ikut.
Ketika hal itu ditanyakan, jawabnya selalu: “Biarkan mereka senang dulu dengan tempat ibadah mereka ini.”
Kalau ada yang bertanya, “Salat saya sudah benar, kiai?”, selalu jawabnya: “Sudah, tinggal menyempurnakan sedikit. Nanti ‘kan sempurna juga.”
Ketika bulan Juli kemarin, Kiai Basyuni sakit dan dirawat di rumah sakit, petugas di sana kerepotan oleh banyaknya pengunjung yang ingin menengoknya setiap hari.
Setiap jam bezuk, beliau seperti sengaja menggagah-gagahkan diri dan selalu mengatakan kepada para penengoknya: “Alhamdulillah saya sudah sembuh. Bagaimana kabarmu? Keluargamu? Baik-baik saja, ‘kan?!”
Kepada keluarga yang menungguinya , beliau berkata,”Wah, saya telah merepotkan orang banyak.” Dan suatu ketika kepada salah seorang anaknya, beliau berkata: “Kau kok menungguiku terus disini, lalu bagaimana suamimu, anak-anakmu? Pulanglah!”
Dan suatu hari, ketika hampir semua anak-anaknya berkumpul menungguinya bersama ibu mereka, Kiai Basyuni dengan suaranya yang sudah melemah, berkata: “Kalian tahu, sebenarnya saya ini sakit sudah sejak lama; tapi saya sembunyikan karena saya tak ingin menyusahkan orang. Ini prinsip hidup saya. Kalau bisa, senangkanlah orang. Kalau tidak, sebisa-bisa jangan menyusahkan orang.” Semuanya faham benar, karena ucapannya itu hanyalah penegasan semata dari cara hidupnya yang telah mereka ketahui selama ini.
Hari Jum’at, persis seperti yang diinginkannya, Kiai Basyuni pergi untuk selama-lamanya. Sowan ke hadiratNya. (Innaa lillaahi wainnaa ilaihi raaji’uun).
Mereka yang bekerja di RSPD (radio Pemda), yang punya orari, yang berdagang di pasar, yang menjadi sopir atau kernet; semuanya dengan sukarela membantu keluarga menginformasikan kewafatannya. Orang-orang pun berdatangan dengan sendirinya; ada yang menawarkan kain kafan, nisan, jasa menggali kubur, kendaraan, telpon, dan bantuan-bantuan lain yang biasa diperlukan pada saat duka seperti itu.
Dan pada hari pemakamannya, orang bisa melihat para pelayat dari berbagai lapisan; mulai dari para kiai, pegawai, tukang, bakul, nelayan, petani, pejabat, dokter, dukun, hingga pengangguran. Berpuluh kali jama’ah salat jenazah dilakukan, sebelum orang berebut memikul kerandanya menuju peristirahatannya yang terakhir.
Kiai Basyuni berhak mendapatkan penghoramatan orang semacam itu, karena orang menyintainya. Orang menyintainya, karena dia menyintai mereka. Orang bersedia susah untuknya, justru karena dia suka menyenangkan mereka. Mereka mendoakannya dengan tulus. Jadi berbahagialah Kiai Basyuni.
Setiap kali orang meninggal, setiap kali kita mendapatkan pelajaran. Kafaa bilmauti waa’izhan, Cukuplah kematian sebagai penasihat pemberi pelajaran. Maka benar kata seorang kiai yang ikut melayat Kiai Basyuni: “Dia itu guru ketika hidup dan ketika mati.”
***

Mungkin ada yang bertanya-tanya, bagaimana aku bisa mengetahui begitu detail tentang kehidupan Kiai Basyuni. Jawabnya: karena aku aku adalah ‘kacung’nya jauh sebelum menjadi menantunya. Bila kalian suka dengan tulisan di atas, tolong bacakan Al-Fatihah untuk almarhum. Terimakasih.