Batu Keramat Dukuh Krancah di Kecamatan Doro



               Suatu saat jika sahabat berada di kecamatan Doro apa yang sahabat pikirkan dan apa yang sahabat harapkan ? mungkin jawabannya adalah makan buah durian. Sebenarnya bukan hanya kuliner semata yang menarik dan bisa didapatkan dikawasan Doro. Ada potensi alam yang sangat permai, alam pegunungan dengan udara yang bersih, sungai yang mengalir dengan bening, situs-situs peninggalan sejarah Pekalongan dan masih banyak lagi potensi yang apabila dikelola dengan baik niscaya akan menjadi perhatian orang-orang untuk berkunjung ke Doro.


              Asal usul nama Doro adalah dari bahasa kawi yang artinya pelabuhan atau tempat kembali dari perantauan. Konon katanya dahulu kala kawasan Doro merupakan pelabuhan yang berada di Pekalongan sedangkan pusat pemerintahan Pekalongan adalah di Petungkriyono, memang kalau kita perhatikan dengan seksama banyak bukti-bukti yang mengarah kepada kesahihan  sejarah tersebut. Namun dalam postingan kali ini penulis bukan ingin membahas sejarah Pekalongan (mudah-mudahan ada yang membahas tema sejarah Pekalongan dengan lebih detil). 


              Yang menjadi fokus dalam postingan kali ini penulis ingin mengenalkan satu dukuh namanya Dukuh Krancah terletak di Desa Sidoharjo Kecamatan Doro, disana ada sebuah petilasan Waliyullah yang menyebarkan Islam di Pekalongan khususnya wilayah Doro-Petungkriyono, Mbah wali yang makamnya masih terjaga dengan asri dan rapi ini biasa disebut dengan nama Mbah Wali Krancah Kencono. 

          Bukan hanya makam saja yang menarik untuk diziarahi bahkan disana ada situs berupa batu yang pemukaannya datar dan persis menghadap kearah kiblat, batu tersebut disebut-sebut warga disana merupakan tempat sholat mbah Wali Krancah Kencono. Kesimpulan tersebut memang masuk akal karena selain posisi batu yang tepat menghadap kiblat juga terdapat lekukkan bekas kening di pesujudannya. Letak batu tempat sholat ini tidak jauh disamping makam mbah wali Krancah Kencono, tepatnya disebelah selatan masjid lama. Perlu sahabat ketahui bahwa disana ada dua buah masjid.

          Masjid yang pertama merupakan masjid peninggalan nenek moyang warga dukuh Krancah, karena perkembangan penduduk yang semakin banyak akhirnya salah satu warga ada yang mewakafkan tanahnya untuk dibangun masjid yang baru. Posisi tanah masjid yang lama tidak memungkinkan dilebarkan atau dipanjangkan, karena sebelah utara masjid ada makam Mbah wali sedangkan tanah yang diwakafkan untuk Masjid baru ada di sebelah utara makam.


          Masjid yang lama dibuat seperti pendopo untuk madrasah atau ibadah lainnya seperti i’tikaf sedangkan masjid yang baru difungsikan sebagaimana layaknya masjid pada umumnya, untuk sholat berjamaah lima waktu, sholat juma’at dan lain-lain.


          Dukuh krancah merupakan salah satu pedukuhan dari beberapa pedukuhan yang berada di desa Sidoharjo, untuk menjangkaunya kita harus melewati jalan yang menuju Lemahabang, sebelum sampai desa Lemahabang ada pertigaan ambil jalur yang kekanan terus naik keatas, sahabat akan menemukan pedukuhan-pedukuhan yang elok seperti dukuh Ganjah, dukuh Kodol, dukuh Krancah dan dukuh Krokom.
           Sewaktu penulis dan seorang  sahabat singgah di Dukuh Krokom kami melihat satu koloni kera jenis wowo, (kera yang bulunya berwarna hitam), mereka mencari makan buah-buahan yang masih banyak tumbuh di lembah pedukuhan yang indah ini. Kami melihat dan mengamati koloni kera yang berjarak hanya seratusan meter dari halaman masjid tempat kami singgah, mungkin karena koloni kera tersebut melihat keberadaan kami mereka menjauh menuruni lembah sambil bergelanyutan dipucuk-pucuk pohon dengan lincahnya. 



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »